Beranda | Artikel
Memanjangkan Takbir dan Salam ketika Shalat
Rabu, 3 Juli 2019

Memanjangkan Takbir dan Salam ketika Shalat

Terkadang ada imam yang bacaan takbir dari sujud bangkit ke rakaat berikutnya sangat panjang. Demikian pula, salamnya dibuat sangat panjang. Bagaiman hukumnya?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Sebagian ulama menganjurkan untuk memanjangkan takbir intiqal sepanjang gerakan perpindahan. Sehingga jika jarak bergeraknya jauh, seperti dari sujud ke berdiri, maka takbir intiqal lebih panjang.

Ini merupakan pendapat an-Nawawi dan ar-Rafi’I – keduanya ulama Syafi’iyah – .

Dalam hadis dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, tentang shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُكَبِّرُ فِى كُلِّ خَفْضٍ وَرَفْعٍ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir setiap gerakan naik dan turun… (HR. Ahmad 3659, Nasai 1091, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan hadis di atas,

واستدل به الرافعي على أنه يكبر في جلسة الاستراحة فيرفع رأسه من السجود غير مكبر ثم يبتدئ التكبير جالسا ويمده إلى أن يقوم

Berdasarkan hadis ini, ar-Rafi’i menjadikannya dalil bahwa takbir dilakukan ketika duduk istirahat. Bangkit dari sujud tidak membaca takbir, kemudian mulai takbir di posisi duduk, dan dipanjangkan hingga berdiri. (al-Talkhis al-Habir, 1/625)

Demikian pula yang dinyatakan an-Nawawi. Dalam penjelasannya untuk shahih Muslim, Beliau mengatakan,

وقوله: يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ … هذا دليل على مقارنة التكبير لهذه الحركات وبسطه عليها فيبدأ بالتكبير حين يشرع في الانتقال إلى الركوع ويمده حتى يصل حد الراكعين … ويبدأ بالتكبير حين يشرع في الهوي إلى السجود ويمده حتى يضع جبهته على الأرض… ويشرع في التكبير للقيام من التشهد الأول حين يشرع في الانتقال ويمده حتى ينتصب قائما

Keterangan Abu Hurairah: ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir ketika turun sujud, kemudian bertakbir ketika bangkit…’ ini menunjukkan bahwa takbir itu mengiringi gerakan-gerakan tersebut. Dan dilakukan sepanjang gerakan perpindahan itu. Takbir dimulai ketika seseorang mulai bergerak untuk rukuk, dipanjangkan sampai dia di posisi rukuk… dia mulai takbir ketika hendak turun sujud, lalu dipanjangkan, hingga dia letakkan dahinya di tanah… dan takbir bangkit dari tasyahud awal dimulai ketika bergerak, dipanjangkan hingga tegak berdiri sempurna.. (Syarah Shahih Muslim, 4/99)

Namun pendapat ini disanggah oleh banyak ulama, termasuk para ulama madzhab Syafiiyah lainnya. Seperti al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan pendapat an-Nawawi. Lalu beliau memberikan komentar, bahwa hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tidak menunjukkan anjuran untuk memperpanjang lafadz takbir intiqal. (Fathul Bari, 2/273).

Demikian pula As-Shan’ani, beliau mengatakan,

وظاهر قوله: ( يكبر حين كذا وحين كذا )، أن التكبير يقارن هذه الحركات فيشرع في التكبير عند ابتدائه للركن. وأما القول بأنه يمد التكبير حتى يتم الحركة ، فلا وجه له، بل يأتي باللفظ من غير زيادة على أدائه ولا نقصان منه

Yang benar, pernyataan Abu Hurairah, “beliau bertakbir ketika bergerak” menunjukkan bahwa takbir mengiringi gerakan-gerakan ini. Sehingga disyariatkan untuk bertakbir ketika mulai untuk bergerak ke rukun. Sementara pendapat yang mengatakan, dipanjangkan takbirnya sampai sempurna gerakannya, tidak memiliki alasan yang kuat. Namun orang yang shalat membaca lafadz takbir, tanpa ditambah maupun dikurangi. (Subulus Salam, 1/179).

Diantara dalil pendapat ini adalah perkataan seorang ulama tabiin, Ibrahim an-Nakha’i,

التَّكْبِيرُ جَزْمٌ وَالسَّلاَمُ جَزْمٌ

“Takbir itu jazm, salam itu jazm.” (HR. Turmudzi 298).

Yan dimaksud jazm adalah tidak dipanjangkan. (at-Talkhis Ibnu Hajar, 1/551).

At-Turmudzi menyebutkan beberapa riwayat yang menceritakan pengingkaran para sahabat terhadap salam yang dipanjangkan atau takbir yang dipanjangkan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

حَذْفُ السَّلاَمِ سُنَّةٌ

Hadzf lafadz Salam itu termasuk sunah. (HR. Turmudzi 297 dan dihasankan at-Turmudzi)

Ibnul Mubarok mengatakan,

يَعْنِى أَنْ لاَ تَمُدَّهُ مَدًّا

Maksud Abu Hurairah, tidak dipanjangkan.

At-Turmudzi menambahkan penjelasan dari keterangan Abu Hurairah,

وَهُوَ الَّذِى يَسْتَحِبُّهُ أَهْلُ الْعِلْمِ وَرُوِىَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِىِّ أَنَّهُ قَالَ التَّكْبِيرُ جَزْمٌ وَالسَّلاَمُ جَزْمٌ

Tidak memanjangkan takbir dan Salam, inilah yang dianjurkan para ulama. dan diriwayatkan dari Ibrahim an-Nakha’i bahwa beliau mengatakan, ‘Lafadz Takbir itu Jazm, Lafadz Salam juga jazm’. (Sunan at-Turmudzi, 2/93)

Maksudnya tidak dipanjangkan.

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/35120-memanjangkan-takbir-dan-salam-ketika-shalat.html